DESAIN SISTEM INSTRUKSIONAL
Sistem instruksional dapat
didefinisikan sebagai suatu pengaturan sumber daya dan prosedur yang digunakan untuk
mempromosikan pembelajaran. Sistem instruksional memiliki berbagai bentuk dan kejadian tertentu di banyak
institusi kita.
Pengembangan instruksional adalah cara
yang sistematis dalam mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi
seperangkat materi dan strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Hasil akhir dari pengembangan instruksional ialah suatu sistem
instruksional, yaitu materi dan strategi belajar mengajar yang dikembangkan
secara empiris dan konsisten telah dapat mencapai tujuan instruksional tertentu.
Pengembangan instruksional ini terdiri dari seperangkat
kegiatan yang meliputi perencanaan, pengembangan, dan evaluasi terhadap sistem
instruksional yang sedang dikembangkan tersebut sehingga, setelah mengalami
beberapa kali revisi, sistem instruksional tersebut dapat memuaskan hati
pengembangnya.
Pengembangan instruksional adalah teknik pengelolaan dalam
mencari pemecahan masalah-masalah instruksional atau, setidak-tidaknya, dalam
mengoptimalkan pemanfaatan sumber belajar yang ada untuk memperbaiki pendidikan.
Desain Instruksional merupakan sebuah upaya untuk
meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan sistem Instruksional.
Pendekatan sistem dalam Instruksional lebih produktif untuk semua tujuan
Instruksional di mana setiap komponen bekerja dan berfungsi untuk mencapai
tujuan Instruksional. Komponen seperti instruktur, peserta didik, materi,
kegiatan Instruksional, sistem penyajian materi, dan kinerja lingkungan belajar
saling berinteraksi dan bekerja sama untuk mewujudkan hasil Instruksional pebelajar
yang dikehendaki. Desain sistem Instruksional meliputi untuk perencanaan,
pengembangan, implementasi, dan evaluasi Instruksional.
Beberapa model
cocok untuk desain pengajaran unit kursus dan pelajaran. Salah satu model yang banyak
dikenal adalah model Dick dan Carey (1990). Desain instruksional model
Dick and Carey dikembangan berdasarkan pemikiran dan karya besar Robert M.
Gagne “The Condition of Learning”, Gagne mengemukakan bahwa
perilaku manusia sangat kompleks dan lebih banyak dikontrol oleh proses
mental internal daripada rangsangan dan penguatan dari luar. Proses belajar
akan terjadi apabila peserta didik telah menyatukan rencana dan informasi baru
ke dalam memorinya sehingga memungkinkan munculnya kemampuan yang baru. Model
ini menggunakan pendekatan sistem karena: a) pendekatan sistem merupakan alat
yang sangat baik untuk menjamin keberhasilan perencanaan pembelajaran
karena adanya ikatan dan keterkaitan antara dampak pembelajaran, karakteristik
pembelajar, aktifitas instruksional dan penilaian b) adanya ikatan dan keterkaitan
yang khusus antara strategi pembelajaran dan dampak pembelajaran c) adanya
empiris dan proses pengulangan.
Model
ini adalah salah satu dari model prosedural, yaitu model yang menyarankan agar
penerapan prinsip desain Instruksional disesuaikan dengan langkah-langkah yang
harus di tempuh secara berurutan.
Model
Dick – Carey tertuang dalam Bukunya Principles of Instructional Design edisi 4. Perancangan
Instruksional menurut sistem pendekatan model Dick & Carey terdapat
beberapa komponen yang akan dilewati di dalam proses pengembangan dan
perencanaan tersebut. Langkahnya ditunjukkan pada gambar berikut ini:
Adapun urutan
perancangan dan pengembangan perangkat pembelajaran menurut Dick & Carey,
sebagai berikut:
1. Identifikasi
Tujuan Pengajaran (Instructional
Goal)
Tahap awal model ini adalah menentukan apa yang
diinginkan agar siswa dapat melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan
program pengajarannya. Definisi tujuan pengajaran mengacu pada kurikulum
tertentu sebagai hasil need assessment,
atau berasal dari kesulitan belajar siswa di kelas.
Yang pertama kali dilakukan adalah menentukan apa
yang diinginkan agar siswa dapat melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan
program Instruksional. Tujuan Instruksional mungkin dapat diturunkan dari
daftar tujuan, dari analisis kinerja (performance analysis), dari
penilaian kebutuhan (needs assessment), dari pengalaman praktis dengan
kesulitan belajar pebelajar, dari analisis orang-orang yang melakukan pekerjaan
(Job Analysis), atau dari persyaratan lain untuk instruksi baru.
2. Melakukan
Analisis Instruksional (Instructional Analysis)
Setelah mengidentifikasi tujuan pembelajaran, maka
akan ditentukan apa tipe belajar yang dibutuhkan siswa. Tujuan yang dianalisis
untuk mengidentifikasi keterampilan yang lebih khusus lagi yang harus
dipelajari. Analisis ini akan menghasilkan chart atau diagram tentang
keterampilan-keterampilan atau konsep dan menunjukkan keterkaitan antara
keterampilan atau konsep tersebut.
Analisis instruksional yaitu sebuah prosedur yang
digunakan untuk menentukan ketrampilan dan pengetahuan yang relevan dan
diperlukan oleh peserta didik untuk mencapai kompetensi. Antara lain
pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang perlu dimiliki peserta didik setelah
mengikuti pembelajaran. Langkah ini, mengklasifikasi tujuan ke dalam ranah
belajar, menentukan langkah-demi-langkah apa yang dilakukan orang ketika mereka
melakukan tujuan tersebut (mengenali keterampilan bawahan/subordinat).
Tujuan dari proses analisis instruksional adalah untuk menentukan keterampilan,
pengetahuan, dan sikap, yang dikenal sebagai perilaku masukan (entry
behaviors), yang diperlukan peserta didik untuk dapat memulai
Instruksional. Peta konsep akan menggambarkan hubungan di antara semua
keterampilan yang telah diidentifikasi
3. Mengidentifikasi
tingkah laku awal/Karakteristik Siswa (Entry Behaviors and Learner Characteristics)
Ketika melakukan analisis terhadap
keterampilan-keterampilan yang perlu dilatihkan dan tahapan prosedur apa yang
perlu dilewati, juga harus dipertimbangkan keterampilan apa yang telah dimiliki
siswa saat mulai mengikuti pengajaran. Yang penting untuk diidentifikasi adalah
karakteristik khusus siswa yang mungkin ada hubungannya dengan
rancangan-rancangan aktivitas pengajaran.
Pada tahap ini, analisis yang dilakukan adalah analisis
konteks dan analisis karakteristik. Analisis yang meliputi kondisi-kondisi
terkait dengan keterampilan yang dipelajari peserta didik dan situasi tugas
yang dihadapi peserta didik untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang
dipelajari. Sedangkan analisis karakteristik peserta didik adalah kemampuan
aktual yang dimiliki peserta didik. Keterampilan pembelajar, pilihan, dan sikap
yang telah dimiliki pembelajar akan digunakan untuk merancang strategi
Instruksional.
4. Merumuskan
Tujuan Kinerja (Performance
Objective)
Berdasarkan analisis instruksional dan pernyataan
tentang tingkah laku awal siswa, selanjutnya dirimuskan pernyataan khusus
tentang apa yang harus dilakukan siswa setelah menyelesaikan pembelajaran.
Dalam pengembanganya, tujuan kinerja/indikator ini
adalah perubahan perilaku pengetahuan mengenai materi perkuliahan.
Pernyataan-pernyataan tersebut berasal dari keterampilan yang diidentifikasi
dalam analisis Instruksional, akan mengidentifikasi keterampilan yang harus
dipelajari, kondisi di mana keterampilan yang harus dilakukan, dan kriteria
untuk kinerja yang sukses.
5. Pengembangan
Tes Acuan Patokan (Criterian-Referenced Test
Items)
Berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan, maka
dilakukan pengembangan butir assessment
untuk mengukur kemampuan siswa seperti yang diperkirakan dalam tujuan.
Alat penilaian (Tes Acuan Patokan) ini menjadi salah
satu feedback/alat ukur/patokan dalam pembelajaran untuk mengetahui ketercapain
tujuan dan kompetensi khusus yang telah dirumuskanya. Dalam pengembangnya alat
evaluasi ini adalah performance peserta didik setelah menerima pelajaran.
Apakah tingkat pemahaman peserta didik meningkat atau tidak
6. Pengembangan
Strategi Pengajaran (Instructional Strategy)
Berdasarkan informasi dari lima tahap sebelumnya,
yang perlu dilakukan selanjutnya adalah mengidentifikasi yang akan dicapai
untuk mencapai tujuan akhir. Strategi akan meliputi aktivitas penyampaian
informasi, praktik, balikan, testing,
yang dilakukan melalui aktivitas siswa.
7. Mengembangkan
dan Memilih Bahan Ajar (Instructional Materials)
Pada tahap ini akan digunakan strategi pengajaran
untuk menghasilkan pengajaran yang meliputi petunjuk untuk siswa, bahan
pelajaran, tes dan panduan guru.
Pengembangan bahan ajar disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran atau kompetensi yang telah dirumuskan, serta disesuaikan dengan
strategi pembelajaran yang digunakan. Ketika kita menggunakan istilah bahan
Instruksional kita sudah termasuk segala bentuk Instruksional seperti panduan
guru, modul, overhead transparansi, kaset video, komputer berbasis multimedia,
dan halaman web untuk Instruksional jarak jauh. maksudnya bahan memiliki
konotasi.
8. Merancang
dan Mengembangkan Evaluasi Formatif (Formative Evaluation)
Evaluasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang
digunakan untuk mengidentifikasi bagimana meningkatkan pengajaran. Evaluasi
formatif ini berfungsi sebagai alat untuk mengumpulkan data kekuatan dan
kelemahan program pembelajaran yang telah dirancang. Model ini dikembangkan
dengan menguji cobakan pada kelas kelompok kecil misalnya 2 atau 3 peserta
didik atau 10 orang peserta didik dalam
diskusi terbatas. Ada tiga jenis evaluasi formatif yaitu penilaian satu-satu,
penilaian kelompok kecil, dan penilaian uji lapangan. Setiap jenis penilaian memberikan
informasi yang berbeda bagi perancang untuk digunakan dalam meningkatkan
Instruksional. Teknik serupa dapat diterapkan pada penilaian formatif terhadap
bahan atau Instruksional di kelas.
9. Merancang dan Mengembangkan Evaluasi Sumatif (Summative Evaluation)
Evaluasi sumatif merupakan evaluasi puncak terhadap
program pembelajaran yang telah dirancang, setelah program tersebut dilakukan
evaluasi formatif dan dilakukan revisi-revisi terhadap produk, maka evaluasi
sumatif dilakukan. Hasil-hasil pada tahap di atas dijadikan dasar untuk menulis
perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan
diujicobakan di kelas/ diimplementasikan di kelas dengan evaluasi sumatif.
Tahap ini mengulangi siklus pengembangan perangat
pengajaran. Data dari evaluasi sumatif yang telah dilakukan pada tahap
sebelumnya diringkas dan dianalisis serta diinterpretasikan untuk
diidentifikasi kesulitan yang dialami siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Begitu pula masukan dari hasil
implementasi dan pakar/validator.
Permasalahan:
Model
Dick and Carey adalah salah satu dari model prosedural, yaitu model yang menyarankan
agar penerapan prinsip desain Instruksional disesuaikan dengan langkah-langkah
yang harus di tempuh secara berurutan.
Bagaimana
menurut pendapat Anda, jika seorang guru menggunakan model pembelajaran Dick and
Carey ini tidak berurutan dengan langkah-langkah pada model tersebut?. Apakah ini
artinya desain instruksional yang sudah direncanakan menggunakan model Dick and
Carey yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar dikatakan tidak
berhasil dalam kegiatan belajar mengajar?
menurut saya itu sangat berpengaruh dalam pembelajran, karena harus sesuai dengan langkah-langkah pada model tersebut. dan apa bila tidak sesuai dengan langkah model tersebut maka perlu di evaluasi kembali untuk memperbaiki pembelajarannya. menurut pengembangan instruksional adalah cara yang sistematis dalam mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi seperangkat materi dan strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu jadi dari rancangan model tidak sesuai dengan langkah model maka dari desain instruksion bisa dikatakan belum berhasil. maka dari itu perlu di evaluasi kembali pada langkah mana yang belum tercapai.
BalasHapusDesain intruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan teknik mengajar dan materi pembelajarannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar. Menurut saya jika seorang guru itu menggunakan model pembelajaran Dick and Carey ini tidak berurutan dengan langkah-langkah pada model tersebut, maka perlu dilakukan evaluasi penyebab ketidak urutannya dalam menerapkan model dick and carey. jadi dapat dikatakan bahwa desain instruksionalnya belum berhasil.
BalasHapusmenurut saya saat jika guru melakukan pembelajaran menggunakan model Dick and Carey namun tidakk sesuai dengan langkah,langkah yang ada,maka itu dapat dikatakan prosem pembelajaran belum berhasil. pengembangan instruksional adalah cara yang sistematis dalam mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi seperangkat materi dan strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. jika langkah pembelajaran belum sesuai dengan langkah yang ada,maka perlu dilakukan evaluasi,apa penyebab dari tidak kesesuaian langkah tersebut. apa yang menajdi penghambat. dan bagaimana seharusnya.
BalasHapusJika seorang guru menggunakan model pembelajaran dick and carey dalam pembelajaranya, tetapi langkah langkahnya tidak sesuai dengan urutan dan desain instruksional yang dirancang oleh dick and carey, maka bisa saja tujuan instruksionalnya tidak tercapai, dan bisa dikatakan guru belum berhasil dalam proses pembelajarannya. Karena model ini menyarankan agar penerapan prinsip desain instruksionalnya disesuaikan dengan langkah langkah yang harus ditempuh secara berurutan.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusModel Dick and Carey terdiri dari 10 langkah. Setiap langkah sangat jelas maksud dan tujuannya . Kesepuluh langkah pada Model Dick and Carey menunjukkan hubungan yang sangat jelas dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan langkah yang lainnya. Dengan kata lain, sistem yang terdapat pada Model Dick and Carey sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan berikutnya. maka dalam penggunaannya model dick and carrey disarankan untuk ditempuh secara berurutan. jika tidak, maka guru belum berhasil menerapkan sesuatu sesuai yang direncanakan. maka sebaiknya guru mengevaluasi kembali penyebab ketidak urutan tersebut.
BalasHapusModel pembelajaran Dick dan Carey merupakan model pembelajaran yang dikembangkan melalui pendekatan sistem (System Approach) terhadap komponen-komponen dasar dari desain sistem pembelajaran yang meliputi analisis, desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi. jadi dalam melakukannya harus sesuai dengan langkah-langkah dalam model pembelajaran dick and carey menurut saya jika seorang guru tidak berurutan dalam melakukan langkah-langkah model pembelajaran dick and carey maka proses belajar mengajarnya dapat dikatakan tidak berhasil.
BalasHapusDalam model pembelajaran Dick and Carey, memerlukan proses yang sistematis dan menyeluruh. Hal ini diperlukan untuk dapat menciptakan desain sistem pembelajaran yang mampu digunakan secara optimal dalam mengatasi masalah-masalah pembelajaran. Langkah-langkah yang terdapat pada model pembelajaran Dick and Carey saling berkaitan dan jelas. Jika dalam pelaksanaannya tidak sesuai/tidak sistematis/tidak menyeluruh, maka dapat dikatakan bahwa proses pembelajarannya tidak berhasil.
BalasHapusDick and Carey merupakan sebuah model desain perencanaan yang harus tersusun secara sistematis. Oleh karena itu, model ini menggunakan pendekatan sistem. Tahapan yang berurutan merupakan tumpuannya, karena antara tahap satu dengan tahap sesudahnya memiliki kaitan. Dimana tidak akan dipahami tahap kedua jika tahap 1 tidak dilaksanakan.
BalasHapus
BalasHapusModel Dick and Carey terdiri dari 10 langkah. Setiap langkah sangat jelas maksud dan tujuannya sehingga sangat cocok sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang lain. Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey menunjukan hubungan yang sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan yang lainya. Dengan kata lain, system yang terdapat pada Dick and Carey sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan berikutnya.
Dalam melaksanakan Model Dick and Carey hrs secara berurutan dan sistematis.