MENGANALISIS PEMBELAJAR DAN KONTEKS
Bab sebelumnya difokuskan untuk melakukan
identifikasi keterampilan dan pengetahuan yang telah diajarkan. Bentuk tujuan
analsis penilaian kebutuhan adalah mengidentifikasi dan menentukan
langkah-langkah spesifik untuk mencapai tujuan. Analisis tambahan yang telah
digunakan untuk mengidentifikasi (1) keterampilan bawahan yang harus diberikan
(2) keterampilan dasar bahwa pelajar harus termasuk di dalam kegiatan instruksi
dan (3) keterampilan dasar bahwa peserta didik harus memiliki pengetahuan dasar
untuk memulai instruksi.
Desainer
tidak hanya harus menentukan apa yang akan diajarkan, tetapi juga memahami
karakteristik peserta didik, konteks bagaimana tujuan pembelajaran, dan analisis konteks pada
kemampuan siswa pada tahap akhirnya. Dalam hal ini desainer merinci dan
menyusun atau membuat langkah yang tepat, mengenai apa yang akan diajarkan dan,
terutama bagaimana cara mengajarkannya.
Pada suatu pendekatan mengemukakan belajar
terus-menerus untuk merancang instruksi pembelajaran yang paling sesuai untuk
peserta didik adalah hal penting. Namun, pengumpulan data membutuhkan biaya dan
memakan waktu, dan kadang menghasilkan informasi yang sangat tidak berguna. Pendekatan lain juga mengasumsikan
bahwa sebagai desainer kita cukup tahu tentang peserta didik, tanpa
mengumpulkan informasi tentang mereka. Untuk beberapa desainer, ini mungkin
pernyataan ini benar, tetapi untuk merancang populasi pelajar, asumsi tentang
pembelajar mungkin tidak akurat dan menimbulkan masalah yang signifikan saat
instruksi ini disampaikan.
Secara historis, psikologi pendidikan telah
meneliti dan menyusun dari variabel perbedaan individu dan hubungan mereka
dalam belajar. Studi kecerdasan dan kepribadian mengisi literatur yang ada.
Membentuk perspektif desain instruksional, serta mengetahui variable makna yang
signifikan untuk mempengaruhi pencapaian kelompok peserta didik yang memiliki
karakteristik umum. Pada bab ini akan mengidentifikasi satu variabel dalam
penelitian yang mempengaruhi cara belajar. Jika kita menggambarkan peserta
didik dalam hal variabel-variabel ini, kita dapat memodifikasi strategi
pembelajaran kita untuk meningkatkan pembelajaran.
Yang sama pentingnya pada saat ini, di dalam
proses desain pembelajarn terdapat analisis konteks pembelajaran. Konteks di
mana peserta didik akan menggunakan keterampilan yang baru diperoleh. Dalam
beberapa kasus, seorang pelajar diajarkan keterampilan di kelas, menunjukkan
penguasaan materi pada tes akhir, dan inilah yang menjadi tujuan akhir.
Demikian juga, misalnya siswa dapat memiliki keterampilan matematika yang
dipelajari tahun ini di kelas matematika tahun ke depan. Dalam situasi ini,
konteks kemampuan belajar dan konteks pembelajaran pada kemampuan ini pada
dasarnya sama.
Alasan
lain untuk desainer untuk menganalisis peserta didik dan konteks adalah bahwa
analisis ini tidak dapat dilakukan hanya dengan mengunjungi seseorang, misalnya
guru. Desainer harus mengunjungi ruang kelas, fasilitas pelatihan, dan pelajar
yang mengikuti pembelajaran. Hal ini menentukan melalui mengamati peserta didik
akan meningkatkan pemahaman desainer. Hal tersebut berdasarkan dari apa yang
diajarkan serta bagaimana akan digunakan.
Seperti tercantum dalam bab tiga, dan empat, langkah analisis instruksional dan
analisis peserta didik dengan konteks sering dilakukan secara bersamaan, tetapi
tidak berurutan sehingga informasi yang dikumpulkan dari masing-masing
informasi tersebut berbeda dan menginformasikan hal yang lain.
Analisis Pembelajar/ Analisis Siswa
Analisis
pembelajar atau analisis karakteristik siswa merupakan kegiatan melakukan
pengamatan, namun sebelumnya dapat mempertimbangkan siapa pembelajar untuk
tepat instruksi tertentu. Kita akan merujuk pada peserta didik yang
merupakan target populasi.
Kadang-kadang target populasi juga disebut
sebagai tujuan sasaran atau kelompok sasaran. Hal ini disebut menggunakan
deskriptor seperti usia, tingkat kelas, topik yang dipelajari, pengalaman
kerja, atau posisi pekerjaan/ jabatan. Sebagai contoh, satu perlengkapan bahan
mungkin ditujukan untuk suatu sistem program, kelas lima merupakan kelas
tingkat membaca, kelompok menengah, atau tingkat sekolah tinggi. Contoh-contoh
ini adalah jenis dari deskripsi yang biasanya tersedia untuk bahan pengajaran.
Namun desainer instruksional harus memahami penjelasan umum dan lebih spesifik
tentang keterampilan yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk siapa bahan yang
ditujukan.
Hal ini penting untuk membuat perbedaan antara
target populasi dan apa yang disebut sebagai uji coba terhadap peserta didik.
Target populasi adalah representasi abstrak dari jangkauan terluas mungkin
semua pengguna, seperti mahasiswa, siswa kelas desainer untuk instruksi yang
akan dikembangkan. Hal ini diasumsikan bahwa uji coba peserta didik terhadap
anggota target populasi.
Informasi
apa yang perlu diketahui desainer tentang target populasi mereka? Informasi
yang berguna yaitu (1) pengetahuan awal, (2) pengetahuan yang diperlukan suatu
topik, (3) sikap terhadap materi pembelajaran dan cara penyampaian (4) motivasi
akademik, (5) tingkat pendidikan dan kemampuan siswa, (6) pemilihan
pembelajaran umum, (7) sikap terhadap kelompok dalam memberikan pembelajaran
(8) karakteristik kelompok. Hal tersebut dirinci dengan masing-masing kategori.
1) Pengetahuan Awal
Sebelum memulai instruksi/pembelajaran, anggota
populasi harus sudah menguasai keahlian tertentu (misalnya pengetahuan awal)
yang terkait dengan tujuan pembelajaran. Sumber penelitian juga membahas
karakteristik lain dari peserta didik, dikategorikan sebagai khusus atau umum
yang mendasar, yang berhubungan dengan pengetahuan peserta didik, pengalaman,
dan sikap. Ini juga mempengaruhi hasil dari pembelajaran siswa.
2) Pengetahuan Sebelumnya Tentang Suatu Topik
Pada dasarnya penting untuk menentukan apa yang
sudah diketahui tentang topik yang akan diajarkan, terkadang siswa benar-benar
tidak menyadari atau kurang memahami pengetahuan tentang subjek yang
dipelajari. Selanjutnya, siswa hanya memahami sebagian atau kesalahpahaman
tentang topik tersebut. Ketika kita mengajar, peserta didik dapat mencoba untuk
menafsirkan apa mereka pahami dan yang mereka ketahui dari pembelajaran
sebelumnya. Mereka membangun pengetahuan baru dengan didasari pemahaman mereka
sebelumnya, karena itu, sangat penting bagi para desainer untuk menentukan
jangkauan dan sifat dari pengetahuan siswa sebelumnya.
3) Sikap terhadap Isi Materi dan Cara Penyampaian
Siswa mungkin memiliki kesan atau sikap tentang
topik yang akan diajarkan dan bahkan mungkin bagaimana pembelajaran akan
disampaikan. Para desainer harus menentukan, dari sampel perlengkapan
pembelajar, berbagai pengetahuan pengalaman sebelumnya, dan sikap terhadap isi
materi yang tercakup dalam instruksi/ pembelajaran. Desainer juga harus menentukan
harapan pembelajar tentang bagaimana instruksi/pembelajaran yang akan
disampaikan.
4) Motivasi Akademik
Banyak pengajar mempertimbangkan tingkat motivasi
pembelajar sebagai faktor yang paling penting dalam pembelajaran yang sukses.
Guru mengungkapkan bahwa ketika peserta didik memiliki sedikit motivasi atau
ketertarikan terhadap topik, pembelajaran tidak akan berlansung baik. Keller
(1987) mengembangkan model berbagai jenis motivasi yang diperlukan untuk
belajar sukses, dan ia menyarankan bagaimana menggunakan informasi ini untuk
merancang pengajaran yang efektif. Model Keller disebut model ARCS (perhatian,
relevansi, kepercayaan diri, dan kepuasan). Model ini akan dibahas secara rinci
dalam bab tentang strategi pembelajaran; itu akan digunakan di sini untuk
menunjukkan bagaimana untuk mendapatkan informasi dari peserta didik selama
analisis peserta didik.
Keller menyarankan untuk menanyakan beberapa
pertanyaan kepada peserta didik seperti ini: seberapa relevennkah tujuan
instruksional pembelajaran ini terhadap kebutuhan siswa? Aspek-aspek apa saja
yang harus dipenuhi didalamnya? Seberapa yakin siswa dapat berhasil untuk
melakukan tujuan? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini akan memberikan
wawasan pada target populasi dan ke arah masalah pada desain pembelajaran. Hal
ini penting untuk mengetahui bagaimana peserta didik rasakan sebelum Anda
merancang instruksi atau mendesain pembelajaran. Kami akan membahas implikasi
dari motivasi akademik pelajar dan menjelaskan prosedur untuk mengumpulkan data
motivasi setelah mempertimbangkan karakteristik yang lebih umum dari peserta
didik.
5) Tingkat Pendidikan dan Kemampuan Siswa
Tentukan tingkat prestasi dan kemampuan umum
peserta didik. Informasi ini akan memberikan wawasan ke dalam jenis pengalaman
instruksional. Mereka mungkin memiliki kemampuan tertentu dan mungkin kemampuan
mereka dapat memberikan pendekatan baru dari yang berbeda berdasarkan instruksi
pembelajaran.
6) Pemilihan Cara Pembelajaran atau Pembelajaran yang disukai
Cari tahu tentang keterampilan populasi yang
menjadi sasaran belajar dan pemilihan pembelajaran umum mereka untuk mencari
cara baru belajar. Dalam kata lain, apakah pembelajar terpaku pada pendekatan
diskusi kuliah/ceramah untuk belajar, atau mereka sukses dengan cara seminar
kelas, studi kasus, kelompok kecil pembelajaran berbasis masalah? Banyak telah
ditulis tentang “gaya belajar” dan menilai gaya pribadi siswa belajar sehingga
pembelajaran yang dapat disesuaikan untuk efektivitas maksimum pembelajaran.
Penelitian menunjukkan bahwa gaya siswa dapat diidentifikasi, tetapi gaya
seperti itu sering berasal dari ekspresi pelajar berdasakan pengalaman pribadi
pada sasat mendengarkan, melihat, membaca, diskusi kelompok kecil, dan
sebagainya.
7) Sikap Siswa terhadap Organisasi Pelatihan atau Pendidikan
Tentukan sikap terhadap populasi sasaran kelompok
saat instruksi pembelajaran. Apakah mereka pandangan, positif baik dari
managemen maupun rekan-rekan mereka, atau mereka agak kurang merespon tentang
kepemimpinan seseorang dan kemampuan mereka untuk pembelajaran yang sesuai?
Mereka dengan sikap positif tentang kelompok dan rekan-rekan mereka yang lebih
cenderung untuk menggunakan keterampilan.
8) Karakteristik Kelompok
Sebuah analisis yang cermat dari siswa akan
memberikan beberapa informasi tambahan yang dapat berpengaruh dalam desain
pembelajaran.
Yang pertama adalah tingkat heterogenitas atau
keberagaman dalam populasi sasaran terhadap variabel-variabel penting. Jelas,
mencari cara untuk memahami keragaman sangat penting. Hal ini tidak hanya
menerima deskripsi mengenai peserta didik; hal ini membutuhkan interaksi dengan
peserta didik untuk mengembangkan kesan dari apa yang diketahui siswa dan yang
mereka butuhkan.
Variabel ini akan digunakan peserta didik untuk
memilih dan mengembangkan tujuan untuk pembelajaran, dan hal tersebut akan
mempengaruhi berbagai komponen dari strategi instruksional. Mereka akan
membantu desainer mengembangkan strategi motivasi untuk pembelajaran dan akan
menyarankan berbagai jenis contoh yang dapat digunakan untuk mengilustrasikan
poin-poin tertentu, cara-cara bagaimana pembelajaran dapat (atau tidak mungkin)
akan diberikan atau cara untuk membuat praktek keterampilan yang relevan bagi
peserta didik .
Mengumpulkan Data untuk Analisis Pembelajar
Ada berbagai cara untuk mengumpulkan data tentang
peserta didik. Salah satu metode melakukan forum diskusi atau wawancara
terstruktur. Wawancara ini mungkin menghasilkan informasi yang berharga tentang
pengetahuan awal peserta didik, tujuan siswa, sikap tentang isi, dan laporan
individu mengenai tingkat keterampilannya. Desainer juga bisa mengamati peserta
didik dalam konteks kinerja dan instruksional. Entah di situs atau menggunakan
teknologi jarak, desainer bisa mengelola survei dan kuesioner untuk memperoleh informasi
yang sama tentang kepentingan pembelajar, tujuan, sikap, dan keterampilan
laporan diri. Selain laporan diri dan penilaian atasan, desainer bisa mengelola
pretests untuk mengidentifikasi pengetahuan awal peserta didik yang sebenarnya
dan pengetahuan sebelumnya dan keterampilan.
Analisis Konteks Performansi Pembelajaran
Para desainer harus memperhatikan karakteristik
dari pengaturan di mana keterampilan dan pengetahuan yang akan digunakan.
Instruksi atau pembelalajaran pada dasarnya harus memenuhi kebutuhan penilaian.
Penilaian kebutuhan harus didasarkan pada indentifikasi kinerja masalah yang
dapat diselesaikan melalui yang dapat memberikan pengarahan bagi suatu
kelompok. Instruksi harus berkontribusi untuk memenuhi kebutuhan yang
diidentifikasi dari peserta didik melalui keterampilan dan sikap yang digunakan
pada saat proses pembelajaran. Analisa yang akurat dari konteks pembelajaran
harus para desainer untuk mengembangkan pengalaman belajar yang lebih otentik,
sehingga meningkatkan motivasi pembelajar, sikap relevan pada tujuan
instruksional, dan menghubungkan pengetahuan dan keterampilan baru ke aplikasi
kerja.
1) Pengaturan dari Manager/ Kepala Sekolah dan Supervisor/ Pengawas
Kita harus mengetahui tentang organisasi
pendukung peserta didik agar mereka dapat menerima dan memahami ketika
menggunakan keterampilan baru. Penelitian menunjukkan bahwa salah satu
pendukung untuk keterampilan baru adalah pengaturan baru (disebut transfer
pelatihan/hasil dari latihan) adalah dukungan yang diterima oleh pelajar. Jika
tim, pengawas, atau rekan mengabaikan keterampilan baru yang diperoleh, maka
penggunaan keterampilan baru itu akan berhenti. Jika salah satu anggota
memiliki kesempatan dan memuji mengenai keterampilan-keterampilan baru dan
kemudian akan terus digunakan, dan mudah-mudahan akan dapat mengatasi masalah
yang diidentifikasi dalam penilaian kebutuhan dasar.
2) Ruang Lingkup Aspek Fisik
Aspek kedua dari analisis konteks adalah untuk
menilai konteks fisik di mana keterampilan akan digunakan. Akan menggunakan
mereka bergantung pada peralatan, fasilitas, peralatan, waktu, atau sumber daya
lainnya? Informasi ini dapat digunakan untuk merancang pelatihan sehingga
keterampilan dapat dipraktekkan kondisi semirip mungkin dengan yang ada pada
aplikasi kerja.
3) Ruang Lingkup Aspek Sosial
Memahami konteks sosial untuk memahami
keterampilan harus diterapkan. Hal ini sangat penting untuk merancang
pengajaran yang efektif. Dalam menganalisis aspek sosial, beberapa pertanyaan
yang berhubungan adalah sebagai berikut. Apakah peserta didik bekerja sendiri
atau sebagai anggota tim? Apakah mereka bekerja secara mandiri dilapangan, atau
mereka akan menyajikan ide dalam pertemuan kelompok atau mengawasi anggota
lain? Apakah keterampilan yang dipelajari sudah dipahami oleh anggota lain,
atau pembelajar menjadi yang pertama.
4) Hubungan Keterampilan untuk Aplikasi Kerja
Untuk memastikan bahwa keterampilan baru memenuhi
kebutuhan yang diharapkan, kita harus menilai relevansi keterampilan memenuhi
kebutuhan yang dapat teridentifikasi, kita harus menghubungkan keterampilan
yang dipelajari oleh pembelajar sebagai hasil kerja pada aspek kinerja hasil.
Hal ini menguji realitas untuk memastikan instruksi yang diberikan menjadi
solusi, atau bagian dari solusi, untuk memenuhi kebutuhan awal. Desainer harus
menilai kendala fisik, sosial, atau motivasi untuk digunakan pada keterampilan
baru. Kendala fisik mungkin termasuk kurangnya ruang kerja, peralatan yang
usang, waktu tidak memadai atau jadwal, atau anggota yang terlalu sedikit.
Mengumpulkan Data untuk Analisis Kinerja Konteks
Meskipun beberapa analisis instruksional dapat
dilakukan pada proses pembelajaran, analisis konteks membutuhkan desainer untuk
mengamati hasil kerja karena mereka memberikan informasi penting tidak hanya
untuk masukan langsung ke hasil kerja, tetapi juga untuk meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan desainer.
Tujuan analisis konteks harus direncanakan dengan
baik di awal, dengan satu atau lebih tahapan harus dibuat. Idealnya tahapan ini
harus terjadi pada waktu yang sama yaitu saat analisis instruksional dilakukan.
Tempat mengenai spesifik situasi, dan beberapa proses mungkin telah
diidentifikasi dalam penilaian kebutuhan.
Dilakukan kunjungan untuk mengumpulkan data dari
siswa yang memiliki kemampuaan, anggota dan untuk mengamati lingkungan kerja di
mana mereka memiliki keterampilan baru akan digunakan. Pengumpulan data
berdasarkan pada prosedur meliputi wawancara dan observasi. Wawancara harus
dilakukan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan tertulis dan melalui situasi
atau kinerja tertentu tergantung pada sifat unik dari masing-masing tempat.
Hasil
Keluaran utama dari tahap penelitian ini adalah
(1) deskripsi tentang lingkungan fisik dan organisasi di mana keterampilan akan
digunakan, (2) daftar faktor-faktor khusus yang dapat memfasilitasi peserta
didik pada penggunaan keterampilan baru.
Analisis Konteks Pembelajaran
Ada dua aspek pada analisis konteks pembelajaran
yang menentukan apa yang akan dilakukan adalah mereview tempat dimana instruksi
dilakukan. 1) Kompatibilitas dari persyaratan instruksional 2) Kemampuan
adaptasi untuk menstimulasikan tempat kerja. 3) kemampuan adaptasi dalam
penyampaian 4) Faktor-faktor pembelajaran yang mempengaruhi rancangan
pembelajaran dan penyampaiannya. Berikut ini diuraikan dengan singkat
berdasarkan paragraf masing-masing.
1) Kompatibilitas dari Persyaratan Instruksional
Dalam pernyataan tujuan instruksional disiapkan
pada langkah pertama dari model, yaitu alat lain yang mendukung item yang
dibutuhkan untuk melakukan tujuan yang telah terdaftar. Apakah lingkungan
belajar yang Anda kunjungi termasuk bagian-bagian ini? Dapatkah mereka
melakukan jika mereka diberikan proses pembelajaran? Dan, yang sangat penting,
apakah mereka kompatibel dengan orang-orang di tempat pembelajaran lain yang
dapat digunakan untuk instruksi?
2) Kemampuan Adaptasi untuk Menstimulasikan dengan Lingkungan Kerja
Masalah lainnya adalah kompatibilitas lingkungan
pada pembelajaran yaitu lingkungan kerja. Dalam pembelajaran, diupayakan untuk
mensimulasikan bentuk faktor-faktor lingkungan kerja yang penting untuk kinerja
dan hasil. Apakah untuk melakukannya dalam konteks pembelajaran yang ditunjuk
atau ditentukan? Apa yang harus diubah atau ditambahkan?.
3) Kemampuan Adaptasi pada Penyampaian
Daftar persyaratan dari pernyataan tujuan
menunjukan bahwa apa yang harus berkaitan dengan konteks pembelajaran? Yang
termasuk konteks kinerja juga. Mungkin ada keterbatasan lainnya atau
persyaratan yang harus diperhatikan dalam analisis. Ini terkait dengan tujuan
organisasi yang telah ditempatkan pada instruksi. Tentukan apa pendekatan
penyampaian dapat digunakan pada instruksional yang diusulkan.
4) Faktor-faktor Pilihan Pembelajaran Mempengaruhi Rancangan dan
Penyampaian
Untuk alasan apapun keputusan diawal mungkin
telah dikemukakan bahwa instruksi ini akan self-instruksional. Dalam jenis
kasus ini, analisis konteks lingkungan pembelajaran menjadi sangat penting.
Dalam situasi yang ideal, lokasi pembelajaran dan cara penyampaian akan
diputuskan berdasarkan analisis persyaratan dan tujuan instruksional. Beberapa
orang berpendapat bahwa pembelajaran tidak harus disampaikan saat individu
memiliki kebutuhan itu. Ini akan disampaikan, tepat pada waktunya, di
lingkungan kerja, tidak dalam kelompok pengaturan di ruang kelas.
Sekolah Umum
Sebelum menuju ke bagian ringkasan, kita perlu
meninjau pelajar dan analisis konteks dari dari pandangan desainer yang akan
mengembangkan instruksi untuk sekolah-sekolah umum. Desainer yang mendukung
pembelajaran pelajar dan analisis lingkungan mungkin percaya bahwa mereka sudah
dekat dengan sekolah umum, dan tidak perlu adanya analisis lebih lanjut. Kami
mendorong Anda memperbaharui dasar pengalaman Anda dengan melakukan analisis
yang diusulkan dengan peserta didik, guru, dan ruang kelas yang khas. Kami juga
mendorong Anda untuk berpikir di luar buku teks yang diterima dan pendekatan
kurikulum sekolah panduan untuk publik. Bahwa pendekatan telah menyebabkan
kritik, hal ini mengemukakan bahwa pendidikan publik menekankan ingatan faktual
pada pemahaman konseptual dan masalah buku teks dari aplikasi yang mendasar.
Hal ini menyebabkan tidak hanya untuk berkurangnya motivasi siswa, tetapi juga
ketidakmampuan untuk menghubungkan pembelajaran untuk aplikasi yang bermakna,
yaitu situasi kehidupan nyata masalah di luar sekolah.
Analisis lain dari konteks kinerja berkaitan
dengan penggunaan keterampilan dan pengetahuan di luar sekolah. Mengapa siswa
belajar keterampilan ini? Apakah mereka menerapkan aplikasi di rumah atau
masyarakat, dalam hobi atau kegiatn rekreasi, atau dalam kegiatan pendidikan
kejuruan atau lebih tinggi? Jika demikian, hati-hati pada aplikasi kinerja
konteks yang membawa mereka ke tahap strategi instruksional desain. Aplikasi
ini persis apa ini diperlukan untuk meningkatkan motivasi, menyediakan konteks
untuk materi baru, contoh-contoh, dan kegiatan praktek desain yang dilihat
relevan dengan siswa. Pada dasarnya, kami percaya bahwa para pelajar dan
langkah konteks analisis dalam model desain instruksional sama penting untuk
desainer sekolah umum.
Evaluasi dan Revisi Analisis Instruksional
Kebanyakan desainer meninjau dan merevisi
analisis desain sebelum instruksi materi awal dibuat. Salah satu komponen dari
proses desain untuk tahap awal mencoba adalah membuat analisis instruksional.
Alasan kita membahas uji coba pada bab ini ini, adalah agar uji coba dapat
terjadi pada waktu yang sama saat desainer melakukan analisis pembelajaran dan
konteks. Mereka menganalisis dan membawa desainer ke dalam konteks dengan
peserta didik yang potensial, atau peserta didik baru, yang dapat meninjau
analisis instruksional dengan desainer.
Diagram analisis instruksional menunjukkan
tujuan, langkah-langkah yang diperlukan untuk tujuan, langkah-langkah yang
diperlukan untuk tujuan pembelajaran, keterampilan bawahan, dan pengetahuan
awal yang diperlukan. Dalam meninjau analisis Anda, pilih beberapa orang yang
memiliki karakteristik target populasi.
Anda juga mungkin menjelaskan materi Anda ke
pengawas di lingkungan kerja untuk mendapatkan masukan mereka. Pengawas dapat
memberikan wawasan dari kedua pakar konten dan konteks-kelayakan perspektif.
Masukan dari target peserta didik dan supervisor akan menandatangani proses,
menulis tujuan kinerja dan penilaian, yang tergantung sepenuhnya pada informasi
dari analisis instruksional.
Contoh
Karakteristik peserta didik dalam
mengidentifikasi dan karakteristik kontekstual kinerja dan pengaturan belajar
adalah langkah awal yang penting dalam merancang instruksi. Dalam bagian ini
kami menggambarkan bagaimana karakteristik peserta didik, konteks kinerja
konteks pembelajaran dapat digambarkan menggunakan format matriks dua dimensi.
Contoh untuk Menganalisis Konteks
Pembelajaran
Kategori Informasi Sumber Data Ruang
Lingkup Karakteristik Pembelajaran
1. Jumlah/sifat dari ruang lingkup
2. Ruang lingkup kompabiliti dengan kebutuhan
instruksional.
3. Ruang lingkup kompabiliti dengan kebutuhan
pembelajar.
4. Kelayakan pada simulasi lingkungan kerja
Wawancara; Manager;
Ruang lingkup kunjungan;
PERMASALAHAN
Ada 8 informasi yang
harus dilakukan seorang guru dalam analisis peserta diddik. Informasi yang
berguna itu (1) pengetahuan awal, (2) pengetahuan yang diperlukan suatu topik,
(3) sikap terhadap materi pembelajaran dan cara penyampaian (4) motivasi
akademik, (5) tingkat pendidikan dan kemampuan siswa, (6) pemilihan
pembelajaran umum, (7) sikap terhadap kelompok dalam memberikan pembelajaran
(8) karakteristik kelompok. Hal tersebut dirinci dengan masing-masing kategori.
Menurut Anda, apakah semua informasi itu harus
kita cari tahu pada peserta didik kita!. Apakah akan fatal dalam langkah menganalisi peserta didik
jika saya tidak menganalisis peserta didik pada karakteristik kelompok!.
Karena menurut saya untuk mencari sikap
terhadap kelompok dalam memberikan pembelajaran saja bagi saya sudah cukup
tidak perlu lagi saya melihat karakteristik kelompoknya.
bisa saja dari luar yang 8 itu seperti menanyakan karakter sifatnya pada guru sebelumnya atau yg pernah mengajar dikelas itu tetapi saya pribadi biasanya dalam melakukan analisis saya melakukan keduanya saya bertanya kepada guru sebelumnya tentang bagaimana karakternya kemudian saya melakukan analisis ulang karakter siswa setelah itu barulah saya menyimpulkan.
BalasHapusmenurut saya tidak begitu fatal pada pembelajaran yang bukan bersifat kelompok tetapi akan fatal jika pembelajaran bersifat kelompok. akan terjadi keributan yang ditimbulkan dalam proses pembelajaran jika analisis karater kelompok tidak dilakukan. karna kelompok yg ideal itu adalah kelomopok yang heterogen.
menurut saya jika memang bisa dan ada waktu untuk melakukannya, saya rasa IYA harus dilakukan. karena semakin lengkap analisis yang kita buat tentu desain pembelajaran yang akan dibuat semakin mendekati kesempurnaan. gagal atau kurang menganalisis, berarti gagal/kurang dalam merancang.
BalasHapusmenurut saya tidak FATAL, tetapi sangat penting karena dalam analisis kelompok ini kita dapat mengetahui keberagaman sifat2 individu, dan bisa membuat perencanaan yang lebih matang.
Kalau menurut saya alangkah lebih baik jika kita sebagai perancang dan pendidik bisa menganalisis dan mencari tahu semua konteks yang berhubungan dengan peserta didik dan pembelajaran karena dapat membantu dalam mengoptimalkan hasil pembelajaran. Namun jika tidak memungkinkan bagi guru untuk melakukan semua analisis atau mencari tahu semua analisis, guru bisa mempertimbangkan analisis mana yang menjadi konteks pokok yang tidak bisa dihilangkan, dengan konteks yang bisa dihilangkan terkait efek yang ditimbulkannya dipilih yang seminim-minimnya jika tidak dilakukan.
BalasHapusMenurut saya AKAN LEBIH BAIK jika semua informasi itu di dapat saat guru melakukan analisis peserta didik. Karna semakin lengkap informasi yang di dapat oleh guru mengenai peserta didiknya,maka akan lebih mudah dan lebih baik pula guru dalam merancang pembelajarannya. Dan saya setuju dengan wely,jika karena sesuatu hal seperti kurangnya waktu dan kesempatan untuk menganalisis peserta didik maka guru dapat bertanya pada guru sebelumnya mengenai peserta didik. Dengan begitu guru memiliki pegangan awal tentang peserta didik. Namun analisis langsung oleh guru yang bersangkutan tentulah lebih baik. Atau guru dapat mempertimbangkan informasi mana yang kiranya paling penting/paling di butuhkan.
BalasHapusDan menurut saya TIDAK FATAL jika pembelajarannya tidak berbasis kelompok. Karna bisa saja yang di analisis karakteristik individu saja. Namun jika pembelajaran berbasis kelompok,maka perlu di lakukan analisis karakteristik kelompok. Karna dari hasil analisis karakteristik kelompok itu lah sebenarnya secara tidak langsung guru juga dapat melihat karakteristik individu peserta didiknya.
menurut saya akan lebih baik jika semua informasi tentang peserta didik kita analisis, agar desain instruksional yang akan kita rancang lebih baik dan sempurna. saya juga setuju dengan pendapat weli, utuk menganalisis siswa, kita bisa menanyakan pada guru lain yang telah mengajar dikelas yang akan dianalisis siswanya. atau bisa juga menganalisis sendiri karakter siswa tersebut.
BalasHapusjika tidak menganalisis peserta didik pada karakteristik kelompok, hal ini tidak fatal menurut saya. namun, hal ini tetap penting untuk dilaksanakan karena dari analisis peserta didik pada karakteristik kelompok, akan kita ketahui bagaimana karakteristik tiap individu dalam kelompok, sehingga kita dapat membuat rancangan instruksional yang lebih matang.
Akan lebih baik jika semua informasi tentang peserta didik kita analisis, agar desain instruksional yang akan kita rancang lebih baik dan sempurna. Namun jika tidak memungkinkan bagi guru untuk melakukan semua analisis atau mencari tahu semua analisis, guru bisa mempertimbangkan analisis mana yang menjadi konteks pokok yang tidak bisa dihilangkan.
BalasHapusJika tidak menganalisis peserta didik pada karakteristik kelompok, hal ini tidak fatal menurut saya. namun, hal ini tetap penting untuk dilaksanakan karena dari analisis peserta didik pada karakteristik kelompok, akan kita ketahui bagaimana karakteristik tiap individu dalam kelompok, sehingga kita dapat membuat rancangan instruksional yang lebih matang.
Menurut saya 8 informasi itu sangat terkaitan satu sama yang lain untuk merancang sebuah pembelajaran pada peserta didik kita. Dan dari 8 itu kita harus mempertimbangkan mana yang perlu kita analisis dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, dan desain yang akan digunakan dan merancang pembelajaran tersebut.
BalasHapusContohnya guru ingin mengajarkan materi ikatan kimia, jadi siswa diharabkan bisa menguasai tentang jenis-jenis ikatan. Jadi satregi yang diberikan guru tidak dalam mentuk kelompok besar. Cukup dengan teman sebangkunya saja. Ada yang satu bangku itu perempuan dan laki-laki maka mereka bisa menjebutkan kami bisa membentuk ikatan ion karena kami berlawan. Dan dianggap perempuan sebagai unsur bermuatan positif dan laki-laki memiliki unsur bermuatan negatif Jadi karakteristik kelompok disini tidak di pertimbangkan dalam merangcang sebuah pembelajara.
Menurut saya itu tudak akan fatal dalam langkah menganalisi peserta didik tidak menganalisis peserta didik pada karakteristik kelompoknya dan sesuai dengan contoh yang saya berikan diatas.
Akan lebih baik jika kita sebagai perancang dan pendidik bisa menganalisis dan mencari tahu semua konteks yang berhubungan dengan peserta didik dan pembelajaran karena dapat membantu dalam mengoptimalkan hasil pembelajaran.
BalasHapusApakah akan fatal dalam langkah menganalisi peserta didik jika saya tidak menganalisis peserta didik pada karakteristik kelompok ?
saya rasa tidak akan fatal jika pembelajarannya tidak berbasis kelompok.
apakah semua informasi itu harus kita cari tahu pada peserta didik kita!.
BalasHapusJawaban saya iya sebaiknya harus dicari tahu semuanya utk mendpt data yg lengkap dan valid ttg siswa shg guru dpt membuat desain pembelajaran yg tepat.
Apakah akan fatal dalam langkah menganalisi peserta didik jika saya tidak menganalisis peserta didik pada karakteristik kelompok!.
Jawaban saya: iya fatal karena kerakteristik klp menunjukkan heterogen (keberagamaan) siswa jd perlu dianalisis. Guru hrs terus menjaga suasana kondusif dlm pembelajaran di kelas.
menurut saya jika memang bisa dan ada waktu untuk melakukannya, saya rasa IYA harus dilakukan. karena semakin lengkap analisis yang kita buat tentu desain pembelajaran yang akan dibuat semakin bagus hasil yang akan kita peroleh.
BalasHapusApakah akan fatal dalam langkah menganalisi peserta didik jika saya tidak menganalisis peserta didik pada karakteristik kelompok
Menurut saya, saya rasa tidak akan fatal jika pembelajarannya tidak berbasis kelompok.